Padang, SumbarInfo,- Buku karangan Miko Kamal yang berjudul “Berkota Berbangsa Bernegara” dibedah oleh 2 orang tokoh berlatar belakang berbeda. Pembedah pertama, Ardyan, SH., MH merupakan seorang advokat dan tokoh politik kenamaan Sumatera Barat. Pembedah kedua, Dr Zikri Alhadi adalah akademisi dari Universitas Negeri Padang.
Acara bedah buku yang dimoderatori oleh Febriansyah itu dihadiri sekitar 50 orang peserta dari berbagai latar belakang seperti pengusaha, politisi dan mahasiswa. Miko Kamal menyampaikan bahwa bukunya yang diterbitkan pada bulan Januari 2021 lalu belum sempat dibedah karena pandemi Covid-19 membatasi jumlah orang berkumpul bersama.
Menurut Miko, advokat penyandang gelar doktor hukum dari Macquarie University, Australia, bukunya yang diterbitkan oleh Penerbit Rumah Kayu Pustaka Utama, terbagi ke dalam 3 bab besar. Bab pertama berisi isu-isu perkotaan dengan setting kota Padang. Bab kedua tentang perkara kebangsaan, dan bab ketiga membahas hal-hal terkait kenegaraan. Dalam isu terkait perkotaan, Miko yang juga Ketua Peradi Padang itu menyampaikan bahwa kebijakan pemerintah membangun trotoar sudah tepat. Tambahnya, pembangunan trotoar bukan sekadar membangun fisik (badan), namun lebih dari itu, membangun trotoar sebenarnya membangun peradaban. “Dengan membangun trotoar pemerintah sedang mengajarkan rakyat untuk saling menghormati sesama warga”, lanjut Miko Kamal.
Dalam paparan Ardyan yang merupakan sekretaris wilayah Partai Nasdem Sumbar itu menyampaikan bahwa buku yang ditulis oleh Miko Kamal penuh dengan pesan-pesan moral yang menunjukkan bahwa dirinya sangat memahami seluk-beluk permasalahan Kota Padang. “Akan tetapi, dalam beberapa bagian dalam buku itu, Miko Kamal juga terkesan sebagai ‘juru bicara’ pemerintah”, ujar Ardyan berseloroh.
Dr Zikri menyampaikan bahwa yang ditulis Miko Kamal dalam bukunya sangat tepat. Membangun peradaban memang dimulai dari hal kecil seperti memberi penghormatan kepada pejalan kaki, penyeberang jalan dan hal-hal kecil lainnya. Dr Zikri menjelaskan, “Dari tulisan-tulisan dalam buku Berkota Berbangsa Bernegara yang ditulisnya, Miko Kamal punya banyak ide-ide luhur tentang bagaimana seharusnya kota dibangun. Tidak hanya membangun fisik tapi juga membangun jiwa”. Sebab itu, Miko Kamal seyogyanya tidak boleh bertahan hanya sebagai penasehat kepala daerah, melainkan sudah saatnya berpindah posisi sebagai pengambil kebijakan atau kepala daerah. Dengan itu, Miko akan lebih leluasa mengimplementasikan ide-ide yang ada dalam kepalanya.
Bedah buku yang merupakan rangkaian dari kegiatan Batigo Fest itu, diakhiri dengan pertanyaan dari 6 orang peserta. Setiap penanya mendapatkan 1 exemplar buku Berkota Berbangsa Bernegara sebagai hadiah.
(Marlim)