English dalam gerak tumbuh anak, Perlukah?

Oleh: David Rikardo   Ketika masa penulisan Thesis saya banyak dihidangkan dengan santapan pengetahuan seputar judul yang tertera di atas, dikarenakan karya ilmiah yang saya angkat berhubungan dengan hal tersebut, dan sepertinya hal ini adakalah baiknya juga jika santapan tersebut saya hidangkan kembali kepublik dunia maya melalui sepenggal tulisan ini. Ok baiklah… Tepatnya mata kuliah Teaching English For Young Learners (TEYL) membawa saya terperangkap pada keingintahuan yang lebih jauh, disamping Tenaga Pengajar dari Makul tersebut memang sangat berkompetensi sekali dibidangnya di tambah lagi dengan pembawaan yang baik dan menarik membuat keingintahuan saya sebagai pembelajar terus digali dan semakin menimbulkan Big Question dalam pikiran saya sendiri. dengan keterbatasan ilmu yang sangat sedikit ini, pengetahuan saya menolak keras terhadap pembelajaran English diberikan kepada Young Learners (YL), hal ini didasari oleh kepercayaan saya yang meyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang harus dilebih-lebihkan terhadap English, sehingga tidak relevant jika pelajaran tersebut disuguhkan kepada murid Sekolah Dasar, sementara ada banyak hal yang sekiranya lebih penting untuk mereka kenali dibandigkan hal yang jauh di Negeri orang. Namun pengetahuan yang terbatas tersebut kembali dikuatkan dalam seminar yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu, dengan guest speaker yang berasal dari Germany. Si Mister tersebut sangat fasih sekali berbahasa Indonesia maka dalam kesempatan tersebut dia lebih dominan menggunakan bahasa  Indoensia sebagai alat komunikasi kepada para audience. Dengan logat asing yang kental kuliah tersebut dibungkus dengan nuansa yang menarik. Kebetulan tema yang diangkat adalah seputar pengetahuan tentang YL (Young Learners), satu hal yang ingin saya garis bawahi dari seminar tersebut adalah “ anak sekolah dasar tingkat 1-3, lebih baik disuguhkan pengetahuan melalui bahasa pertama mereka (mother tongue), dengan maksud, agar pondasi pemahaman dari seorang anak akan jauh lebih kuat jika mereka dihadapkan bersama hal yang sekiranya sudah mereka kenali sebelumnya. Sehingga filsafat dari pengetahuan tersebut tertanam kuat dalam ingatan mereka. Bahkan dalam posisi tersebut Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasioanal belum direkomendasikan, terus akan terlalu jauh jika kita bicara English. Hal tersebut bersamaan sekali dengan pola pikir yang selama ini saya canangkan, kemudian tema tersebut kembali kami angkat dalam diskusi kelas dalam beberapa presentasi, pertanyaan tersebut kembali saya ajukan pada pemakalah yang mempresentasikan namun disana kembali mengahadirkan Pro dan Kontra, tentu jelas saya masih berada pada pihak Kontra terhadap pembelajaran English di sekolah dasar, namun saya juga tidak menyalahkan pihak yang Pro karena itu suatu kewajaran dalam berdiskusi, namun baiknya sangat beruntung sekali diskusi tersebut dipandu oleh guru yang ahli dibidannya, sehingga bisa diketengahkan dengan baik. namun jujur saya belum puas dan masih bertanya !! Singkat cerita waktu terus berjalan, tiba lah saatnya saya harus mengemukakan sebuah tema yang pada akhirnya nanti akan menjadi arah dari pengetahuan yang akan saya pelajari lebih jauh (thesis). Saya perna mencoba beberapa topik yang saya ajukan, namun sayangnya argumentasi yang saya berikan kurang memadai untuk naik pada tingkat selanjutnya. Sehingga mau tidak mau saya harus ubah arah dan mencari pembahasan yang lain. maka terjadilah percakapan dalam diri saya sendiri, singkat cerita saya jatuh pada sebuah pilihan tentang “Elementary School Policy” tentu jelas ide ini kembali menggoreskan rasa ingin tahu saya sebelumnya, argumentasi dan theory pun kembali saya satukan, dan alhamdulillah gagasan tersaebut diterima, dan insyaallah akan segera dilegalkan dalam bentuk karya ilmiah. Namun ketika melihat perkembangan zaman yang terjadi saat ini, disaat Internet telah menjadi bagian yang tak terlepaskan dari keberlansungan peradaban manusia, ketika dunia benar-benar terbuka secara bebas, dan banyak informsi di media cetak maupun Online tersedia dalam bahasa Inggris, jujur saja pendirian saya agak sedikit tergoyahkan, disamping sumber bacaan yang saya cicipi selalu mengandung Pro dan Kontra, dan jujur Argumentasi dari Pro terkadang juga membuat saya mengangguk. Kemudian saya kembali bertanya “Bahasa inggris dalam gerak tumbuh anak, Perlukah?” Pertama saya ingin terlebih dahulu membahas secara umum, dari pengamatan analisa saya sebagai pembelajar. Apasaja yang melatarbelakangi English itu penting, disamping definisi yang sering dikatakan “ English is a global language” sederhananya seperti itu, karena keterbatasan pengetahuan kita sebagai manusia maka sungguh tidak akan mungkin jika kita mempelajari seluruh bahasa di seluruh Dunia, sementara kita akan terhubung satu sama lain, maka dipilihlah satu bahasa pemernyatu, dan bahasa itu adalah English. Kemudian apa hungungannya dengan Young Learners, mereka adalah masa subur untuk tumbuh, yang biasa di kenal dengan sebutan Golden ages, jadi apapun yang mereka dapatkan di usia mereka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kedepannya. Jika masa ini tidak di pupuk atau dididik dengan baik bisa jadi akan merugikan mereka kedepannya, karena tidak akan mampu bersuara secara luas, dan terkurung dalam dalam kebisuan. tentu kita tidak mau jika hal itu terjadi. Pada intinya, pendidikan di usia dasar bukanlah sesuatu yang sepele yang harus di abaikan, meskipun hasil dari didikan tersebut tidak terlihat lansung secara significant tapi keadaan tersebut akan mereka bawa sampai kelak nanti usia tumbunya, logikanya seperti ini kalau kita menginginkan pohon mangga maka yang harus kita tanam adalah bibit mangga, bukan bibit pisang atau cabe. Itu sederhananya. Kemudian saya mencoba untuk menghadirkan beberapa gagasan: * apakah kelemahan kita sebagai orang indonesia dalam memahami English karena tidak dikover oleh sebuah sistem yang baik * atau kita maasih berada dalam kedilemahan antara penting atau tidak , hal itu terbukti dengan terus berubahnya sistem pendidikan terhadap English disekolah dasar, seperti sekarang sudah ditiadakan * atau mindset kita telah didoktrin oleh pemahaman yang menyatakan khusus untuk belajara bahasa inggris kita harus benar dan tidak boleh salah Dan saya pikir beberapa hal tersebut memiliki tingkat kemungkinan yang sama dan bisa jadi. Namun disini saya tertarik pada kemungkinan yang ketiga untuk dibahas. Karena itu lebih bersifat tidak teoritis. Apakah kita harus selalu benar dalam belajar? Kemungkinan besar: saya, anda dan siapun akan menjawab Tidak. Tapi sayangnya jawaban tersebut kurang diaplikasikan dalam setiap mental anak didik, melalui PBM yang mereka terima, tentu hal ini terjadi karena berbagai faktor: ketidaksiapan pendidik, lingkungan dan budaya yang kurang baik dan berbagai hal lainnya. Sehingga keberanian untuk salah itu tidak tertanam kuat pada mental anak, Yang pada akhirnya meghadirkan ketakutan yang diringi oleh ketidakpercayadirian. Dan hal itu terus berlanjut dengan rasa yang benar tidak baik dan pada akhirnya merusak mindset dan pengetahuan,

English dalam gerak tumbuh anak, Perlukah? Read More »