Oleh: Labai Korok
Sumbarinfo.com, – Penguna jalan mengeluh, kecewa terkadang kesal karena pelaminan beserta tenda sudah menutup badan jalan, makin kaya atau banyak modal urang nan baralek makin besar tenda dan orgen tunggal yang menutup jalan.
Keadaan seperti itu membuat baralek marapulai jo anak daro tidak lagi menjadi sarana ibadah tapi sudah mejadi gunjingan, umpatan yang menimbulkan masalah lain ditegah anak nagari.
Penulis melihat fenomena ini, terpanggil untuk mengajak Kita bersama, terkhusus urang Minangkabau kembali ke adat lamo pusako usang yaitu palaminan berada didalam rumah, tenda hanya tambahan ruang jika rumah tidak menampung undangan datang.
Saatnya orang Minang kembali mempertahankan acara baralek di rumah, memakai ruangan rumah untuk palaminan, hidangan nasi balapak dilantai tempat duduk makan.
Andaikan yang kaya harta silahkan juga yang mengadakan perhelatan di gedung hotel, atau gedung aula dengan alasan kepraktisan dan tidak menganggu urang kampuang karena rumah kecil dan sebagainya.
Pelaminan dalam rumah itu telah membantu terjadinya efesien anggaran baralek, karena ruang dipakai terpaksa tempat pelaminan menyesuaikan, kecil rumah pelaminan kecil, ini mendatangkan efesinsi biaya baralek.
Karena perlu diingatkan ada anak gadih Minang yang bunuh diri akibat keluarga miskin tidak bisa baralek mengikuti keinginan keluarga laki-laki, andaikan waktu itu angku ninik mamak menegaskan bahwa bentuk disain ruangan baralek sesuai dengan kondisi rumah maka akan hematlah pembiayaan.
Namun pihak perempuan dipaksa baralek dengan rungan besar yang memaksa ruang pelaminan dalam tenda berada dilapangan atau ditengah jalan.
Andaikan ruang terbuka dibuat tenda pelaminan berbentuk aula, lengkap dengan meja dan lainnya, berapa mahalnya biaya disain, biaya sewa dengan ukuran kapisatas 250orang.
Akhirnya bunuh diri karena tidak ada biaya untuk itu, dapat terkahir pun karena ruang jalan yang dipakai akhirnya masyarakat juga terganggu.
Adat Minangkabau telah mengajarkan bahawa baralek itu sesuai dengan adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah, maka semua dibuat sederhana dan Jika dulu orang-orang dari kampung datang untuk menyiapkan masakan, tempat, merias marapulai jo anak daro secara bergotong royong.
Mari budaya baralek marapulai jo anak daro tersebut disederhan, budaya Kita sangat baik, acara baralek di rumah dilakukan secara terpisah agar ada pendistribusian keadilan, baralek di rumah mempelai pria dan rumah mempelai wanita. Jadi, keluarga mempelai wanita, anak daro mengadakan baralek sendiri di rumahnya dan keluarga mempelai pria, marapula juga baralek di rumahnya. Ada yang baraleknya pada hari yang sama, ada pula yang beda 1 atau 2 hari, tergantung kesepakatan, tapi itulah tradisi turun temurun adai lamo nan bajawek.
Himbawan Penulis kepada anak nagari nan kabarek marapulai jo anak daro lakukanlah dekorasi pelaminan, ruang tenda dan rumah disesuaikan dengan kondisi yang elegan, jangan memaksakan baralalek memakai ruag publik seperti jalan dan fasiltas umum lainnya.
Baralek itu tujuannya mendatangkan kebaikan, ibadah jangan dirusak dengan budaya orang kafir yang baralek mendatangkan maksiat dan dosa, lakukan baralek marapulai jo anak daro dengan sederhana.