Oleh: David Rikardo Putra
” Manusia hidup dengan cerita dan sejarah-sejarah masa lalu, dan setelah Dia tiada akan Kembali dihidupkan Bersama peran, jasa dan manfaatnya dalam peradaban bagi generasi penerus”
Seperti itulah kira-kira gambaran sederhana tentang arti hadir dan perginya Alm. Buya Syafii Maarif meninggalkan kita dalam kehidupan dunia ini, tubuh dan jasadnya sudah Kembali dan berpulang pada hakikat yang seharusnya, menyatu dan mencair Bersama segumpal tanah yang lainnya, dan meninggalkan kita penghuni bumi yang setidaknya sampai detik ini masih memiliki waktu untuk bertahan.
Panutan bangsa itu memang sudah tiada, dengan membawa semua bekal kemulian yang menyatu dalam dirinya Menghadap sang Khalik, seorang guru bangsa pemerhati peradaban dalam skala yang jauh lebih luas menembus batas-batas pikiran, pemikiran dan nasehat-nasehatnya akan menjadi bayang-bayang yang akan terus mengikuti bangsa ini kedepannya, bergerak cepat ataupun lamban akan terus menjadi pengingat setia dalam peradaban bangsa yang luas ini. Guru bangsa itu masih tetap Bersama kita.
Manusia hebat akan terus belajar dari sejarah dan cerita masa lalu, menjadikan sejarah sebagai bahan perubahan dan evaluasi untuk masa depan, dengan tidak meninggalkannya, sang proklamator bangsa Ir. Soekarno dengan lantang bersuara “JAS MERAH” jangan sesekali melupakan sejarah, karena sejarah menjadi tonggak estafet dari sebuah bukti dan perjuangan.
Kuning emas tidak akan menghitam meski diterpa usia atau hantaman keras, emas tetaplah emas yang tidak akan berubah nilainya. Alm. Buya ASM Sudah membuktikannya, dengan segala goncangan keras dan hembusan angin puting beliung sekalipun menerpanya. Dia tetap berdiri kuat tanpa goyah sedikitpun, hingga pada akhirnya hujan redah dan situasi mulai membaik semua Kembali menganggguk dan menyadari pendiriannya.
Dalam bingkai kenangan Buya ASM masih terpajang rapih dalam hiasan hati masing-masing, menjadi kenangan sejarah untuk generasi penerus kedepannya. Bahwa, manusia hebat, berpengaruh dan berjasa untuk Indonesia bahkan dunia itu lahir dari sebuah Desa tersuruk yang Bernama Sumpur Kudus. Lahir dan tumbuh dalam perjuangan yang tidak mudah hingga sampai pada puncak hirarki tertinggi, bukan dalam kegelimangan harta tapi menjadi manusia merdeka yang bebas bersuara tanpa doktrin dari kiri dan kanan, berdiri tegak dalam kebenaran, menjadi pemerhati gerak bangsa yang luas ini sebagai tempat bertanya bagi pemimpin Indonesia dalam melanjutkan nakhoda kapal bangsa yang luas ini.
Tidak berlebihan rasanya jika Indonesia ingin menempatkannya menjadi Pahlawan Nasional. Walau saya yakin Buya dalam kepribadiannya tidak perna mengharapkan itu, namun untuk Jasa, Pengaruh atau kepentingan sejarah dan pengingat pada generasi penerus hal ini pantas dan sangat wajar dilakukan. Inisiatif ini terkemuka dan digerakkan oleh tokoh-tokoh Nasional, sahabat-sahabat Buya dan seluruh Pecinta Buya kaum mayoritas maupun minoritas dan dari segala golongan ikut bersuara perihal ini. Tidak ketinggalan dari desa kelahirannya melalui Dr. Asmul Khairi dan Jamalus, M.Pd hal ini terus digerakkan dan disambut baik oleh pihak Kabupaten Sijunjung dan Provinsi SUMBAR dan dukungan besar oleh Sekda Prov. Sumbar Drs. Hansastri.MM, rencana dan niat mulia ini pantas untuk direalisasikan.
UMSB sebagai produsen lahirnya Agent of change (agen perubahan) di Sumatera Barat yang menjalankan tugasnya dalam meningkatkan kualitas peradaban manusia menjadi salah satu pengambil peran dalam merealisasikan niat ini, melalui pemikir-pemikir yang berkompetensi, rencana ini mulai direalisasikan, penuliasan karya ilmiah dalam pengajuan Buya sebagai pahlawan Nasional mulai ditulis dan didiskusikan.
Buya akan tetap terpatri dalam hati melalui Tindakan dan sikapnya selama hidup, melalui tulisan sejarah menjadikannya hidup dalam nuansa yang berbeda, hidup dalam keatiadaan, melalui tulisan dan pemikirannya yang akan terus tumbuh dan dipelajari, digali menjadi referensi dalam menjajaki masa yang akan datang. Selamat jalan Sang Guru Bangsa namamu akan tetap membersamai bangsa yang Bhineka ini.